KELASTER.COM,MAKASSAR – Belum sempat beroperasi namun program PERTADES yang diusung oleh PT. MUTIARA TEKHNOLOGI INDONESIA (PT. MTI) sudah banyak menuai kritik dan komplain baik dari warga maupun tim internal nya.
Salah satunya datang dari tokoh masyarakat yang sejak awal sudah menjalin komunikasi dengan pihak PT. MTI bahkan sudah melakukan sosialisasi dengan warga di salah satu desa di kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
Mereka mempermasalahkan kebijakan dari pihak PT. MTI yang cenderung berubah-ubah. Misalnya soal jumlah jenis bahan bakar minyak (BBM) yang akan dipasarkan, jika awalnya diberikan sebanyak 3 jenis yakni pertalite, pertamax, dan solar namun saat ini informasinya ternyata hanya tinggal dua jenis saja yakni pertamax dan solar sedangkan pertalite sudah tidak ada lagi padahal pertalite itu adalah yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan kebijakan itu otomatis jumlah tangki untuk PERTADES ini juga makin berkurang dari awalnya sebanyak tiga unit menjadi hanya tinggal dua unit sesuai jenis BBM nya.
“Tentu saja ini bisa merugikan kami karena kita sudah sosialisasi kepada warga tapi ternyata diubah secara sepihak dan tiba-tiba oleh perusahaan bagaimana nanti kami menjelaskannya kepada warga kami?” ungkap Bapak Alimin salah seorang tokoh masyarakat yang sudah melakukan sosialisasi program PERTADES ini kepada salah satu desa di kabupaten Barru.
Salah seorang tim sosialisasi yang disebut dengan Tim Sitac juga mengungkapkan rasa kecewanya dengan kondisi ini karena merasa sudah terlanjur melakukan sosialisasi kepada beberapa desa namun dengan perubahan yang terkesan tiba-tiba membuat mereka merasa bingung bagaimana menyampaikan ke warga desa soal perubahan ini.
Selain perubahan masalah tangki juga menyangkut jumlah nominal yang harus dibayar saat registrasi, awalnya ketentuan biaya registrasi hanya 25 juta rupiah tapi saat ini berubah menjadi 50 juta rupiah artinya ada kenaikan 100% dari ketentuan awal. Sejumlah persoalan yg timbul kebelakang tentu akan menguras fikiran dan energi tim sitac di lapangan. ” Kita sudah sampaikan ke warga saat sosialisasi semua ketentuan dan kebijakan awal dari perusahaan, jadi kalau kebijakan berubah-ubah apalagi menyangkut hal-hal yang menyangkut nilai bisnis kami kuatir kesannya PERTADES ini dianggap tidak profesional bahkan bisa dianggap bisnis ini tidak matang konsep dan persiapannya” ungkap Saleh yang merupakan salah satu dari tim Sitac PT. MTI.
Secara terpisah pihak PT. MTI yang diwakili oleh Bapak Andi Firman Rappa selaku General Manager Wilayah Sulsel memberikan tanggapannya bahwa kebijakan yang diambil manajemen itu justru untuk menekan biaya jadi harusnya hal ini bisa memberikan keuntungan bagi pihah warga dan investor.
“Kebijakan yg pusat keluarkan itu sebenarnya untuk menekan biaya dan menambah daya tampung tangki hingga selisih 2.000 liter dari proposal awal. Jadi mestinya masyarakat dan calon investor berterima kasih dengan adanya perubahan ini yang mestinya secara ekonomi wajib menambahkan biaya tetapi dengan kebijakan ini justru memberikan ke untungan bagi mereka” ungkap nya.
Sebagaimana diketahui PERTADES merupakan program untuk membangun sejenis SPBU namun kapasitasnya disesuaikan dengan skala desa dan dibangun di desa-desa. Dengan program ini diharapkan nantinya bisa mewujudkan desa mandiri khususnya di sektor energi atau migas.(msl)