Home Berita Bukti-Bukti Evolusi, Apakah Benar-Benar Terjadi?

Bukti-Bukti Evolusi, Apakah Benar-Benar Terjadi?

by Saleh
Mendengar kata evolusi, kira-kira apa yang terlintas di benak kita?. Mungkin ada yang bilang “dinosaurus”, “kera”, atau mungkin “perubahan”. Kurang lebih seperti itu, mengingat setiap orang memiliki cara pandang masing-masing terkait evolusi.

Opini Zulkifli Rahman Murid SMA 5 Parepare

Email: kiflirahman2333@gmail.com

Editor : Eva Irawati, S.Si, M.Pd

KELASTER.COM,PAREPARE – Mendengar kata evolusi, kira-kira apa yang terlintas di benak kita?. Mungkin ada yang bilang “dinosaurus”, “kera”, atau mungkin “perubahan”. Kurang lebih seperti itu, mengingat setiap orang memiliki cara pandang masing-masing terkait evolusi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), evolusi adalah perubahan (pertumbuhan dan perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit. Namun perlu digarisbawahi bahwa evolusi terjadi dalam waktu yang sangat lama dan tidak terjadi dalam sekejap. Dalam kajian biologi, Evolusi merupakan cabang biologi yang mempelajari sejarah asal usul makhluk hidup dan keterkaitan genetik antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas agama Islam. Perbincangan terkait evolusi menjadi salah satu hal yang sensitif dan kontroversial. Mungkin kerap kali kita mendengar seseorang yang menghujat Darwin sebagai pencetus teori bahwa manusia berasal dari kera. Apakah benar bahwa Darwin menyatakan hal demikian? Oleh karena itu, kita perlu memperbaiki pemahaman kita terhadap evolusi dengan menelusuri berbagai sumber terpercaya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Sebenarnya, evolusi tidak hanya mengacu pada asal usul makhluk hidup, tetapi juga pada perubahan pada sifat-sifat yang terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Memang terdapat banyak orang yang percaya dengan teori penciptaan khusus (special creation theory) yang menyatakan bahwa penciptaan makhluk hidup terjadi sekali saja secara lengkap, tidak ada evolusi atau perubahan lagi terhadap makhluk hidup. Hal ini menyebabkan banyak orang yang menciptakan paradigma bahwa teori evolusi ini tidak perlu diajarkan di sekolah. Namun demikian, kita tidak dapat menafikan segala bukti evolusi yang telah ditemukan. Bukti-bukti tersebut merupakan sebuah misteri yang perlu dipecahkan dan tidak dibiarkan begitu saja menjadi sebuah tanda-tanya besar. Apa sajakah bukti-bukti tersebut?

Fosil menjadi salah satu petunjuk evolusi yang tidak asing lagi di telinga kita. Fosil adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup di masa lampau yang menjadi batu atau mineral. Semakin tua usia suatu fosil, maka letaknya pada lapisan batuan akan semakin dalam. Salah satu fosil yang sering digunakan sebagai bukti evolusi adalah fosil kuda. Pada fosil kuda, ditemukan leluhur kuda (eohippus) yang memiliki lebih dari satu jari kaki dan tubuhnya berukuran seperti seekor serigala. Pada saat ini, kita dapat menjumpai kuda yang ukurannya jauh lebih besar, dan tidak lagi memiliki jari. Selain itu, perlu diketahui bahwa berdasarkan petunjuk fosil yang ditemukan, jenis makhluk hidup yang ditemukan berbeda-beda pada setiap zaman. Hal ini menggambarkan bahwa kehidupan di bumi telah mengalami perubahan atau evolusi.

Variasi individu pada satu keturunan menjadi salah satu bukti adanya evolusi. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang sama persis dengan atau saudaranya, meskipun dalam garis keturunan yang sama. Terjadinya variasi individu digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi yang mengarah pada terbentuknya spesies-spesies baru. Darwin dan Wallace, dua ahli dalam bidang evolusi, mengatakan bahwa diantara individu-individu dalam suatu populasi selalu terdapat variasi. Variasi ini terjadi karena adanya mutasi, baik mutasi gen, mutasi kromosom, maupun rekombinasi. Dalam mutasi gen akan terbentuk alel baru yang merupakan sumber terjadinya variasi.

Homologi organ-organ tubuh turut menjadi salah satu bukti evolusi. Homologi adalah organ-organ yang memiliki struktur tulang yang identik namun berbeda dari segi fungsi. Hal ini dapat kita jumpai pada tangan manusia, kaki depan kucing, sirip paus, dan sayap kelelawar. Keempatnya memiliki fungsi yang jelas berbeda. Kebalikan dari homologi, yakni analogi. Analogi merupakan organ yang memiliki fungsi yang sama namun strukturnya berbeda. Misalnya sayap kelelawar dengan sayap kupu-kupu. Keduanya memiliki fungsi untuk terbang, namun strukturnya jelas berbeda. Adanya homologi dan analogi ini memberikan gambaran akan hubungan kekerabatan yang dekat, atau nenek moyang (ancestor) yang sama.

Jika kita melihat organ-organ tubuh kita, kita dapat menjumpai organ-organ tertentu yang fungsinya masih menjadi misteri. Bahkan kita masih bisa hidup tanpanya. Salah satu contohnya adalah umbai cacing (apendiks). Organ tersebut disebut sebagai Organ Vestigial. Keberadaan organ ini diyakini sebagai sisa-sisa dari leluhur di masa lampau yang saat ini fungsinya tidak lagi dibutuhkan oleh manusia modern. Jean Baptiste de Lamarck, seorang ahli biologi asal Perancis mengemukakan teori evolusi “used and disused”. Teori ini menyatakan bahwa organ yang selalu digunakan akan mengalami perkembangan menuju kesempurnaan. Sebaliknya, organ yang tidak digunakan lagi akan menghilang. Seperti inilah yang terjadi pada organ vestigial. Beberapa ahli berasumsi bahwa apendiks yang terdapat pada leluhur manusia digunakan untuk mencerna tumbuhan yang kaya selulosa.

Selantunya, adapula petunjuk biokimia yang menjadi bukti evolusi. Setiap individu memiliki DNA (deoxyribonucleid acid) atau asam deoksiribosanukleat yang berperan penting dalam hal pewarisan sifat. DNA dapat mengalami perubahan akibat adanya peristiwa mutasi. Pada tahun 2005, dunia penelitian mengungkapkan bahwa Simpanse memiliki kemiripan DNA dengan manusia sebanyak 98%. Selain Simpanse, spesies jenis kera lainnya juga memiliki kesamaan DNA denga manusia sebanyak 80%. Kesamaan yang ditemukan antar organisme dianggap sebagai bentuk hubungan kekerabatan yang dekat. Nah, bukti ini dijadikan Darwin dalam menyusun teorinya. Sebenarnya, Teori Darwin tentang manusia tidak pernah menyimpulkan secara pasti bahwa manusia berevolusi langsung dari kera lho. Ia hanya berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama. Terbukti, dari kemiripan DNA manusia dengan primata. Berdasarkan hal tersebut, semoga tidak ada lagi yang menyalahartikan bahwa Darwin menyatakan manusia dari kera ya, teman-teman.

Kemudian, ada juga embriologi perbandingan, dimana terdapat hubungan kekerabatan pada individu yang ditunjukkan adanya persamaan bentuk perkembangan yang dialami dari zigot sampai embrio. Kita dapat meilihat kemiripan embrio pada ikan, manusia, ayam, kura-kura atau organisme-organisme lainnya. Semakin banyak persamaan yang dimiliki pada embrio-embrio tersebut, semakin dekat hubungan kekerabatannya.

Seluruh bukti yang dipaparkan di atas memberikan petunjuk akan kejadian evolusi dalam kehidupan. Meskipun belum ada bukti yang sepenuhnya akurat untuk menyimpulkan apakah evolusi benar-benar terjadi, setidaknya sudah ada beberapa gambaran yang dapat menjadi petunjuk yang mengarah pada evolusi. Dengan mempelajari evolusi, kita dapat menjadi individu yang lebih bersyukur karena memiliki raga yang mampu beradaptasi sehingga lolos dari seleksi alam dan dapat merasakan nikmatnya kehidupan dunia yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Nah, kamu sendiri termasuk pihak yang pro, atau kontra terhadap evolusi?

About The Author

Related Articles

1 comment

Zulkifli Rahman 4 Maret 2021 - 11:12 am

Terima Kasih Bu ??

Reply

Leave a Comment