KELASTER.COM,JAKARTA, 11 Dec 2020 – Kemiskinan kerap kali diikuti oleh berbagai permasalahan yang menyebabkan rendahnya kualitas hidup masyarakat, kecukupan gizi, terbatasnya mutu pangan, dan sebagainya. Kemiskinan juga memiliki keterkaitan dengan masalah kesehatan yang memungkinkan masyarakat untuk hidup produktif secara spiritual, sosial, dan ekonomi. Sayangnya, akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat prasejahtera belum terpenuhi secara utuh. Untuk itu, Aksi Cepat Tanggap menginisiasi lembaga Humanity Medical Services, Jumat (11/12) di Jakarta dengan tema “Selamatkan Umat, Hapus Derita di Setiap Musibah”. Lembaga baru ini merupakan respons atas kondisi kesehatan dan problematika di bidang medis, baik di Indonesia hingga global.
Kondisi kemiskinan terlebih di masa pandemi saat ini membuat masyarakat hanya berfokus pada cara mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga kebutuhan kesehatan mereka kurang diperhatikan. Humanity Medical Services (HMS), diharapkan dapat memantik ketertarikan para dokter dan tenaga medis menjadi bagian aksi kerelawanan medis Indonesia yang senantiasa membersamai masyarakat prasejahtera. Program ini akan membantu menjaga kesehatan diri dan keluarga prasejahtera, korban bencana hingga konflik kemanusiaan baik di level lokal, nasional, hingga global melalui program-program unggulan berupa edukasi hingga tindakan medis.
Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin menyatakan bahwa Humanity Medical Services merupakan pekerjaan untuk mengurusi kemanusiaan dan tantangan masa depan.
“Kondisi kebangsaan akibat dampak pandemi dan ke depannya semakin menantang. Pengalaman 16 tahun ACT dalam mengurusi kemanusiaan di Indonesia dan berbagai negeri selalu didominasi oleh bantuan pangan dan medis. Harapannya, Humanity Medical Services dapat menjadi pertolongan sebanyak-banyak mungkin manusia baik di Indonesia maupun global. Kami menyadari, inilah momentum yang tepat untuk membangkitkan civil society dan dikanalisasi dalam segmen kehidupan dengan lebih masif,” ungkap Ahyudin.
Humanity Medical Services adalah lembaga kemanusiaan medis global yang dimiliki Aksi Cepat Tanggap sebagai langkah konkret-keseriusan ACT dalam membersamai masyarakat di bidang medis. “Kami mengundang kebersamaan segenap elemen bangsa. Bersiap membersamai lembaga yang kredibel dalam dunia kemanusiaan ini bersama sekitar 14.000 relawan medis baik di Indonesia dan berbagai negara yang dimiliki ACT. Spirit dari Humanity Medical Services adalah kemanusiaan, sehingga harapannya kapitalisasi di bidang kesehatan dapat berkurang,” tambah Ahyudin.
Dalam lima tahun ke depan, ACT akan mengikhtiarkan 1 juta tenaga medis untuk bergabung bersama Humanity Medical Services. Terdapat tiga hal yang akan menjadi fokus. Pertama, mematangkan lini keorganisasian hingga ke level kabupaten. Kedua, ACT akan membangun jaringan Humanity Medical Services di Indonesia dan 62 negara jaringan yang ada saat ini. Ketiga, Humanity Medical Services akan memperkuat aksi-aksi medis dan kemanusiaan baik secara nasional maupun global untuk menghadapi eskalasi konflik kemanusiaan di dunia saat ini.
Dokter M. Riedha Bambang selaku Direktur Humanity Medical Services menyatakan, kesehatan tidak dapat dipandang dari satu sisi, tidak hanya masalah sakit saja, namun sangat kompleks dan multidimensional. Hal ini karena permasalahan kesehatan juga mencakup isu-isu sosial yang melingkupinya, seperti pendidikan, kemiskinan hingga faktor-faktor lainnya yang terdapat di masyarakat.
“Kehadiran Humanity Medical Services diharapkan menjawab seluruh problematika tersebut. Kami di Humanity Medical Services sangat semangat untuk menjalankan gerakan sosial ini, namun tentunya tidak hanya bisa dilakukan sendiri tetapi harus ada dukungan dan kolaborasi dari banyak pihak. Kami ingin mengajak seluruh rekan medis sejawat, mitra kesehatan di seluruh Indonesia untuk bergabung dan berkolaborasi,” ungkap dr. Riedha saat peluncuran Humanity Medical Services.
Dokter Arini Retno, salah satu dokter relawan yang telah terjun di berbagai aksi-aksi lapangan Aksi Cepat Tanggap, juga berbagi pengalamannya yang menginspirasi. “Dunia kemanusiaan, kerelawanan, dan kesehatan tentu sangat berkaitan erat. Secara global, hingga 80 juta orang yang menjadi korban konflik setiap tahunnya adalah para warga di negara-negara miskin,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, dr. Arini menceritakan pengalamannya selama di Bangladesh dan kondisi saat di negara konflik lainnya. “Kondisi para pengungsi sangat jauh dari kata layak, dari sisi tempat penampungan dan kebutuhan medisnya. Bahkan untuk di Indonesia, seperti di suku asmat Distrik Siret, kebutuhan dokter sangat kurang bahkan tidak ada dokter di puskesmas. Untuk satu orang saja, saya dapat melakukan 2-3 tindakan medis. Saya menangis jika mengingat kondisi di sana. Masalah di dunia dan Indonesia tentang kebutuhan medis, tentu masih sangat tinggi. Humanity Medical Services ini saya harap dapat menggerakkan hati seluruh tenaga medis di Indonesia untuk dapat bergabung dan menjadi bagian dari gerakan sosial ini,” ungkap Arini.
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), jumlah dokter di Tanah Air sekitar 160-an ribu tahun 2019 lalu. Jika semua dokter dapat tergerak hatinya untuk terlibat langsung dalam gerakan Humanity Medical Services ini, tentu permasalahan-permasalahan kesehatan yang kompleks sedikit banyak dapat teratasi. “Semua pengalaman yang kami dapatkan di lapangan terutama di negara-negara berkonflik membuat kami mempertanyakan makna hidup sesungguhnya. Menjadi manusia yang bermanfaat dan insya Allah dapat menjadi pemberat amal di akhirat kelak,” tutup Arini.
Ke depannya, Humanity Medical Services akan melakukan Ambulance Keliling, Bengkel Gizi Terpadu, Klinik Wakaf Mobile, Rumah Sakit Wakaf, Klinik Dermawan, Nutrisi Anak Sekolah, Bergerak untuk Difabel, dan Edukasi Komunitas. Tentunya, ikhtiar besar ini tidak bisa bergerak sendirian. Butuh doa, dukungan dan partisipasi bersama untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan pelayanan kesehatan melalui tautan https://makassar.indonesiadermawan.id/MedicalServices (*)