KELASTER.COM,MAKASSAR – Salah seorang mahasiswa Fakultas Keperawatan Unhas, Dhiya Khalilah Taufan, menyelesaikan masa belajarnya dalam program student exchange di Universitas Kanazawa, Jepang. Dhiya yang menjalani program pertukaran selama enam bulan ini memperoleh sertifikat yang ditandatangani oleh Shimura Megumi, Director of Global Affairs, Kanazawa University.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keperawatan Unhas, Syahrul Said, S.Kep., NS., M.Kes., Ph.D., menjelaskan (Selasa, 30/3) bahwa Kanazawa University Exchange merupakan program tahunan untuk mahasiswa dari beberapa negara. Periode pembelajaran selama pertukaran terbagi dua, yakni program 1 tahun dan program 6 bulan. Keikutsertaan mahasiswa Fakultas Keperawatan tersebut merupakan salah satu upaya mendorong dan memaksimalkan capaian Unhas dalam World Class University (WCU).
“Kita ingin mahasiswa punya pengalaman yang seluas-luasnya. Kebetulan salah satu mahasiswa kami mendaftar program ini dan diterima. Ia menyelesaikan masa pembelajaran 6 bulan dengan sangat baik,” jelas Syahrul.
Pada kesempatan terpisah, Dhiya Khalilah Taufan menjelaskan bahwa keikutsertaannya dalam program ini merupakan bagian dari pengembangan keilmuan yang ingin terus ditingkatkan. Dengan belajar di luar universitas sendiri, dirinya mendapatkan pengalaman dan atmosfer pembelajaran baru.
Melalui program ini, Dhiya mengatakan hal signifikan yang paling dirasakan adalah terbentuknya karakter yang lebih disiplin dari sebelumnya, kemampuan presentasi lebih terlatih dan pengetahuan terkait research interest jauh lebih baik.
“Salah satu syarat program ini adalah draft proposal penelitian. Saya mengajukan usulan penelitian penggunaan alas kaki pada penyandang Diabetes Mellitus, lanjutan dari penelitian saya sebelumnya. Penelitian saya ini dibimbing oleh Ns. Saldy Yusuf, Ph.D dari Unhas dan Prof. Sugama Junko dan Prof. Makoto Oe dari Kanazawa University,” jelas Dhiya.
Program ini awalnya dijadwalkan terlaksana pada Maret 2020 lalu di Kanazawa University. Namun, harus tertunda karena pandemi Covid-19. Akan tetapi, pandemi belum juga membaik dan Pemerintah Jepang belum menerima warga asing. Sehingga, proses pembelajaran dilakukan secara daring sejak Oktober 2020.
Pada program ini, Dhiya menerima beasiswa yang keseluruhannya ditanggung oleh penyelenggara kegiatan.(*)