KELASATER.COM,MAKASSAR- Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan dan Makassar, belum menunjukkan penurunan. Bahkan, dua minggu hari terakhir ini, terjadi indikasi peningkatan kasus konfirmasi positif setiap harinya. Pemerintah pusat bahkan berencana memberlakukan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa dan Bali.
Menyikapi situasi di Kota Makassar, Tim Satgas Covid-19 Universitas Hasanuddin menggelar rapat koordinasi pada Kamis (7/1), pukul 13.00 Wita melalui platform zoom meeting. Rapat yang dipimpin oleh Ketua Tim Satgas Covid-19 Unhas, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran, Prof. dr. Budu, Sp.M(K), M.Med.Ed., Ph.D.
Turut hadir pada rapat ini antara lain Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (dr. H. M. Ichsan Mustari, MHM), beberapa pakar epidemiologi Unhas, pakar kesehatan dan kedokteran, serta para dokter dan anggota Tim Satgas Covid-19 Unhas.
Dalam pengantarnya, Prof. Budu menjelaskan bahwa pertemuan ini dimaksudkan untuk membahas perkembangan terkini pandemi Covid-19 di Sulawesi Selatan dan Kota Makassar, serta langkah spesifik yang akan diambil oleh Tim Satgas Covid-19.
“Kasus saat ini terus meningkat, sementara kesiapan sistem kesehatan kita, baik rumah sakit, tenaga kesehatan, maupun sarana pendukung seperti laboratorium cenderung stagnan. Maka perlu kita ambil langkah taktis, minimal untuk dapat melindungi sivitas akademik Unhas jika ada yang terpapar,” kata Prof. Budu.
Masukan dari perserta rapat memaparkan situasi yang kini dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah terkait pandemi. Selain kesiapan fasilitas kesehatan yang mulai kewalahan, juga keberadaan tenaga kesehatan yang semakin banyak terpapar Covid-19.
“Kita hampir setiap hari mendengar ada kabar tenaga kesehatan, dokter, dan guru-guru kita yang wafat karena terpapar Covid-19. Ini situasi yang tidak bisa dibiarkan, maka harus kita ambil langkah sinergis yang melibatkan semua pihak,” kata Prof. Idrus Paturusi yang turut serta dalam pertemuan ini.
Sementara itu, Guru Besar Kedokteran Unhas, Prof. Irawan Yusuf, kembali menegaskan bahwa kunci utama mengatasi pandemi ini adalah dengan melakukan testing, tracing, dan treatmen atau 3T secara maksimal. Dirinya melihat hal ini yang nampaknya tidak optimal dilakukan oleh pihak berwenang.
“Coba saya tanya, kalau ada orang yang terpapar, apakah betul mereka itu di-tracing kepada orang dekatnya atau keluarganya? Ini yang tidak maksimal kita lakukan. Padahal ini adalah hulunya,” kata Prof. Irawan.
Rapat selanjutnya mendengarkan berbagai masukan dari peserta yang hadir, termasuk Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Masing-masing pihak sepakat bahwa upaya mengatasi pandemi ini seharusnya melibatkan semua pihak secara terus-menerus dan berkelanjutan, mulai dari penerapan protokol kesehatan hingga pengetesan dan pengobatan.
Diakhir pertemuan, Prof. Budu menjelaskan bahwa pertemuan ini akan dirumuskan dan menjadi bahan masukan bagi pihak terkait, baik Rektor Unhas, maupun pimpinan daerah Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan.
“Secara khusus, saya akan mengusulkan untuk mempersiapkan mekanisme internal, agar paling tidak sivitas akademika Unhas yang terpapar itu memiliki prosedur standar untuk penanganan, pengobatan, termasuk tracing contact jika dibutuhkan,” tutup Prof. Budu.
Pertemuan yang diikuti oleh 62 peserta Tim Satgas Covid-19 Unhas berakhir pada pukul 15.00 Wita.(rls/ilo)