KELASTER.COM,MAKASSAR – Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Professor dalam bidang Kesehatan Masyarakat. Rapat dimulai pukul 09.00 Wita di Ruang Senat Akademik Unhas, Kampus Tamalanrea, Makassar (16/02), dengan menerapkan protokol pencegahan Covid-19 yang ketat, serta disiarkan live melalui kanal YouTube Senat Akademik.
Prosesi pengukuhan dihadiri Rektor Unhas, para Wakil Rektor, Sekretaris Universitas, Ketua, Sekretaris dan anggota Senat Akademik, Dewan Professor, Majelis Wali Amanat, serta tamu undangan terbatas dari keluarga profesor yang dikukuhkan.
Profesor yang dikukuhkan yakni:
1. Prof. Dr. H. Andi Ummu Salmah, SKM., sebagai guru besar ke-413, bidang Ilmu Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana. Lahir di Maros, pada 5 September 1953.
2. Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D., sebagai guru besar ke-414, bidang ilmu Kesehatan Masyarakat. Lahir di Ujung Pandang, pada 04 Juli 1965.
Dalam sambutannya, Rektor Unhas Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., menyampaikan apresiasi atas bertambahnya dua guru besar FKM Unhas. Beliau menuturkan, bertambahnya guru besar diharapkan akan berdampak pada output dan outcome Unhas sekaligus komitmen dalam menghasilkan SDM unggul dan terintegritas.
“Kita adalah universitas yang sangat cepat pertambahan guru besarnya. Tentu ini juga menunjukkan manajemen yang baik dan menjadi satu kesyukuran tersendiri. Mengenai kajian dua professor baru Unhas sangat menarik dan di sini peran sebagai pendidik sangat dibutuhkan tidak hanya sebagai kalangan akademisi, tapi juga mengedukasi,” jelas Prof Dwia.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan era artificial intelegent bisa dimanfaatkan dalam banyak hal. Dalam dua bidang kajian professor baru Unhas yakni mengenai masalah kanker payudara dan penyakit demam berdarah. Bidang kajian ini menurut Prof Dwia banyak memberikan kesempatan tidak hanya pada karya ilmiah tapi juga pengembangan teknologi. Olehnya itu, Prof Dwia berharap hadirnya dua guru besar FKM bisa mendorong kontribusi menghasilkan gagasan besar untuk kesehatan di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, masing-masing professor yang dikukuhkan menyampaikan pidato pengukuhannya.
*Prof. Dr. H. Andi Ummu Salmah, SKM*
Mendapatkan kesempatan awal menyampaikan pidato tentang “Peran Penanganan Kanker Payudara Pada Perempuan Terhadap Pencapaian Bonus Demografi di Sulawesi Selatan”.
Dalam pidatonya, Prof Ummu menjelaskan kondisi demografi mengambil peran penting untuk menentukan sasaran penanganan kanker payudara. Penanganan yang memadai terhadap masalah kanker payudara mutlak memerlukan data demografi dalam menurunkan prevalensi penyakit.
Dengan data demografi yang baik, akan memberikan input memadai terhadap pembuatan kebijakan peningkatan kualitas kesehatan perempuan dalam menangani penyakit kanker payudara dan persebarannya. Olehnya itu, bonus demografi dapat menjadi peluang yang harus dimanfaatkan dengan cermat dan baik.
“Upaya penanganan kanker payudara adalah salah satu bagian dalam menjaga agar tidak terjadi penurunan usia produktif perempuan. Bonus demografi dapat dimanfaatkan salah satunya dalam hal merekonstruksi upaya penanganan kanker untuk menurunkan prevalensi kanker payudara dengam membangun model mulai dari membudayakan perilaku sehat kanker dan ini tentunya membutuhkan dukungan berbagai pihak,” jelas Prof Ummu.
Tidak hanya itu, dalam pidato pengukuhannya, Prof Ummu juga memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penanganan kanker payudara dengan bonus demografi, salah satunya bahwa penanganan kanker payudara harus bersifat komprehensif meliputi transformasi seluruh stakehoulders. Keterlibatan aktif ini dapat dipecah pecah dalam beberapa cluster berbasis komunitas.
*Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D*
Pidato pengukuhan selanjutnya disampaikan oleh Prof. Hasanuddin mengenai “Strategi Pengendalian Kepadatan Vektor dan Implikasinya Terhadap Eliminasi Penyakit Tular Nyamuk”.
Melalui pidatonya, Prof Hasanuddin menjelaskan pengendalian kepadatan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue atau vektor penyakit malaria merupakan cara mengeliminasi penyakit tular nyamuk. Strategi pengendalian nyamuk sangat berkaitan dengan habitat perkembangbiakan nyamuk salah satunya gentong yang paling umum untuk nyamuk Aedes Aegypti.
Kepadatan nyamuk Aedes sp pada suatu daerah memiliki pengaruh kritis terhadap tingginya penyakit DBD. Program pengendalian vektor DBD seperti pemberantasan sarang nyamuk, abatesasi dan fogging sudah dilakukan secara rutin. Namun, sampai saat ini penyakit tular nyamuk seperti DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Olehnya itu, dibutuhkan beberapa strategi pengendalian vektor nyamuk diantaranya dengan manajemen vektor terpadu dengan fogging sebelum musim hujan berbasis surveilans pemantauan jentik, strategi pengendalian vektor mengaktifkan program kesehatan sekolah denham siswa pemeriksa larva di Sekolah dasar, modifikasi Ovitrap dengan zat Atraktan untuk mengurangi kepadatan telur dan larva nyamuk hingga mengurangi tingkat serangan nyamuk tanpa memerlukan kontak vektor langsung.
Rapat paripurna senat akademik dalam rangka penerimaan Jabatan Professor berlangsung lancar dan hikmat, berakhir pukul 11.30 Wita. (rls/ilo)