KELASTER.COM, PAREPARE — Yayasan Andalusia Institut Parepare menggelar seminar STIFIn kepada orang tua siswa, Minggu (13/9).
Alif Kaharuddin dihadirkan sebagai trainer atau solver pada seminar STIFIn ini.
Alif mengatakan, STIFIn merupakan ilmu yang mempelajari karakter manusia berdasarkan sistem operasi otaknya.
Otak manusia menurut Alif, terdiri dari lima bagian. Yang pertama sensing, thinking, intuiting, feeling, dan insting. Kelima hal itu, kata dia, tergolong mesin kecerdasan.
“Ada lima jenis kecerdasan. Ada kecerdasan indrawi itu namanya sensing. Kecerdasan berpikir itu thinking. Kecerdasan indra ke enam atau intuisi Itu adalah intuiting. Kecerdasan perasaan atau feeling. Terakhir kecerdasan naluri atau insting. Itu datangnya dari lima belahan otak. Dari lima belahan otak pasti ada satu pemimpin atau yang mendominasi,” kata Alif.
Lebih jauh ia menjelaskan, kecenderungan setiap anak berbeda-beda tergantung hasil tes STIFin mereka.
Oleh sebab itu, ia menganjurkan agar setiap anak dilakukan tes STIFIn. Agar potensi anak dapat dengan mudah diketahui.
“Semua anak memiliki potensi. Kenali potensinya sejak dini agar kita mudah menciptakan prestasi untuk masa depannya,” katanya.
Anak yang tidak di tes STIFIn, kata dia, maka potensinya tidak diketahui. Sehingga, masa depan anak tersebut tidak tertata.
“Banyak mahasiswa yang galau karena jurusannya gak sesuai, gak nyaman. Akhirnya, menjalani kuliah apa adanya. Nilainya juga seadanya. Akhirnya gak enjoy di prestasi perkuliahan. Belum lagi kalau dapat pekerjaan yang tidak sesuai. Maka dari itu, kenalilah potensi anak sejak dini atau jenis kecerdasannya,” ucap dia.
Dia menyebutkan, setiap orang jika ingin melakukan tes STIFIn dikenakan biaya sebesar Rp500 ribu.
“Tes STIFIn dilakukan dengan cara menscan kesepuluh ujung jari. Waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari satu menit,” sebutnya.
Sementara itu, pendiri Yayasan SDIT Andalusia, H A Rahman Saleh mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan STIFin sejak 2007.
“Seminar tersebut dilakukan setiap penerimaan siswa baru. Kami sudah bekerjasama sejak Yayasan ini didirikan pada 2007,” kata Rahman.
Tujuannya, kata dia, agar para guru efektif melakukan pendekatan terhadap anak didik. Sebab, para anak berbeda-beda karakter. Sehingga dibutuhkan pemetaan untuk mengetahui karakter anak.
“Beda-beda karakter anak sesuai hasil tes STIFIn-nya. Ini menjadi wajib di Andalusia. Agar para guru mendidik anak sesuai bakatnya,” tandasnya.
Sebagai informasi, peserta seminar STIFin sebanyak 54 orang tua siswa. Namun karena covid-19, peserta dibagi menjadi dua sesi selama dua hari. Serta pelaksanaan kegiatan itu menerapkan protokol kesehatan.(dil)