KELASTER.COM,MAKASSAR – Universitas Hasanuddin melalui Pusat Unggulan Iptek –Menghadirkan enam narasumber, yaitu: Dr. Ir. Rustam, MS (Universitas Hasanuddin), Ir. Voulda D. Loupatty, M.Si (Balai Riset dan Standarisasi Industri, Ambon), Prof. Dr. Nicholas Paul (University of Sunshine Coast, Australia), Dr. Lideman, S.Pi, M.Sc (Balai Budidaya Air Payau Takalar), dan Noer Kasanah, Apt., M.Si., Ph.D (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta).
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan Unhas, Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Sp.MK, Ph.D, menyampaikan terima kasih dan apresiasi terhadap PUI-P2RL Unhas atas penyelenggaraan kegiatan ini. Rumput laut dewasa ini menjadi salah satu komoditas yang banyak menarik perhatian. Apalagi, kandungan protein pada rumput laut penting untuk mendukung imunitas masyarakat menghadapi ancaman pandemi Covid-19.
“Pada kesempatan ini saya berterima kasih khusus kepada Prof. Bambang Setiadi, Ketua Dewan Riset Nasional, atas dukungannya sehingga webinar ini dapat terlaksana. Beliau menghubungkan kita dengan Kalbe Farma, yang rencananya akan terlibat dalam proses riset dan hilirisasi produk rumput laut dari Unhas,” kata Prof. Nasrum.
Lebih lanjut, Prof Nasrum menyampaikan bahwa Unhas saat ini sedang berusaha optimal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari segi publikasi dan inovasi. Tahun ini, sesuai arahan Rektor Unhas, tim inovasi diminta mengembangkan Science Techno Park Unhas.
“Rumput laut adalah salah satu inovasi yang akan kita libatkan disini. Dari hulu ke hilir, dari riset hingga kerja sama dengan industri untuk produksi. Dengan adanya dukungan dari industri, dalam hal ini Kalbe Farma, kami optimis gagasan ini dapat tercapai,” kata Prof. Nasrum.
Usai pembukaan, webinar yang dipandu oleh Dr. Nita Rukminasari menghadirkan parasumber secara bergantian. Salah seorang narasumber, Voulda D. Loupatty, dari Balai Riset dan Standarisasi Industri, Ambon, menyampaikan paparan tentang manfaat rumput laut sebagai bahan makanan.
“Rumput lain sudah lama dimanfaatkan oleh bangsa Jepang dan China, baik sebagai makanan maupun obat-obatan. Di Indonesia, beberapa komunitas dan masyarakat juga telah lama mengkonsumsi rumput laut,” kata Voulda.
Voulda menjelaskan, rumput lain kini menjadi makanan favorit masyarakat perkotaan, terutama yang diolah menjadi makanan helai bernama “nori”. Makanan ini merupakan rumput laut yang dikeringkan dan diolah dalam bentuk helai tipis seperti daun. Produsen utama nori adalah Jepang, China, dan Korea Selatan, yang setiap tahun menghasilkan sekitar dua milyar lembar nori per tahun.
Webinar yang dihadiri oleh sekitar 400 peserta secara daring ini berlangsung hingga pukul 16.00 Wita. (*)