Home Berita Opini; Munculnya Sastra Modern di Inggris

Opini; Munculnya Sastra Modern di Inggris

by ilham

Penulis: Nasrum, S.Pd.,M.A (Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fak. Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar)

Email: nasrum.marjuni@uin-alauddin.ac.id

OPINI – Sebagai sebuah produk budaya, karya sastra memiliki perkembangan baik dalam bentuk maupun isinya. Hal itu juga semakin memperkaya khazanah kesusatraan di setiap periodenya (Kuswiyanti dan Fuad, 2014: 1).

Secara garis besar sastra Inggris dibagi menjadi 2 periodesasi yaitu sastra Romantik dan sastra modern. Sastra Romantik dimulai dari era Old English atau Anglo Saxon period (450 SM) sampai dengan era Victorian ( akhir tahun 1800an) sementara sastra modern dalam hal ini juga mencakup sastra postmodern berawal dari tahun 1900-an sampai sekarang.

Sastra modern merupakan gaya baru dalam kesusastraan Inggris yang berusaha keluar dari fase romantisme dan realisme. Pada zaman abad ke-20, perkembangan karya demi karya yang dibuat dengan beragam genre dan tema-tema khas yang diceritakan dengan teknik penceritaan yang unik. Teknik penceritaan yang dikenal dengan internal/inner monologue. Di mana rangkaian kalimat per kalimat datang dari pikiran dan pengalaman pribadi sang penulis.

Banyak orang yang beranggapan bahwa sastra modern di Inggris serta merta dimulai setelah tahun 1900. Hal ini kurang tepat, karena era sastra modern di Eropa dan di Inggris pada khususnya muncul disebabkan karena beberapa hal antara lain: Pada malam sebelum dimulainya perang dunia I tahun 1914, tiga penulis terkenal di Eropa yang tidak saling mengenal tiba-tiba menulis novel dengan gaya yang berbeda dari sebelumnya. Ketiga penulis ini menulis tentang perasaan dan pengalaman hidup mereka (inner life of the mind) kemudian istilah ini dikenal dengan Stream of Consciousness atau aliran kesadaran.

Ketiga penulis tersebut adalah: Marcel Proust dari Perancis menulis novel berjudul Remembrance of things Past (1922). Kemudian seorang wanita berkebangsaan Inggris Dorothy Miller Richardson juga menulis novel berjudul Pilgrimage (1915) dan yang terakhir adalah James Joyce penulis berkebangsaan Irlandia yang sangat terkenal di dunia kesusastraan Inggris dengan novelnya yang berjudul A Portrait of the artist as a young man (1916) dan Ulysses (1922).

Berbeda dengan model karya sastra sebelumnya sebut saja misalnya di zaman klasik yang bercerita tentang Ksatria, pahlawan ataupun legenda dari sebuah tempat. Zaman realisme dan naturalisme berkisah tentang kondisi sosial masyarakat di lingkungan di mana novel itu ditulis. Zaman romantik bercerita tentang keindahan alam dan hubungannya dengan manusia. Selain itu, Stream of Consciousness (SoC) memiliki beberapa ciri seperti: Juxtaposition (kesejajaran), ironi dan satir adalah elemen yeng ditemukan pada tulisan modern.

Biasanya latar karya sastranya meminjam budaya dari daerah lain alias latarnya berpindah-pindah. Gaya penceritaan yang paling khas dari tulisan modern adalah seringnya ditemukan gaya penarasian orang pertama. Tetapi bukan berarti penarasian dengan orang ketiga sama sekali tidak digunakan. Berbeda halnya dengan tulisan klasik yang memiliki awal, tengah, dan akhir, tulisan modern dinarasikan dengan gaya yang kompleks dan biasanya diakhiri dengan klimaks yang menggantung.

Hal ini membuat pembaca bingung dengan apa yang seharusnya mereka ambil dari karya tersebut. Seperti pada novel The Old Man and the Sea (1951) karya Ernest Hemingway di mana pada halaman terakhir novel ini ditutup dengan cerita Santiago (tokoh utama) pulang dari melaut dengan tangan kosong, dan bermimpi tentang singa di Afrika. Selesai. Hal ini membuat pembaca bingung dan mencari hubungan Santiago seorang nelayan tua dengan singa di Afrika.

Tulisan modern biasanya sangat sulit untuk dipahami karena banyaknya fragmentasi dan kurangnya keringkasan tulisan. Alur dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat kompleks dan terkesan terpecah-pecah. Tema umum yang sering menjadi rujukan pada periode ini adalah tentang penolakan sejarah, sistem sosial dan kesepian.

Kita kembali melihat novel yang ditulis oleh tiga tokoh sastra modern di atas. Remembrance of things Past oleh Proust sebagaimana contoh SoC yang menggunakan narator orang pertama memulai novelnya dengan narasi langsung bergaya inner monologue:

For a long time I used to go to bed early. Sometimes, when I had put out my candle, my eyes would close so quickly that I had not even time to say “I’m going to sleep.” And half an hour later the thought that it was time to go to sleep would awaken me; I would try to put away the book which, I imagined, was still in my hands, and to blow out the light; I had been thinking all the time, while I was as sleep, of what I had just been reading, but my thoughts had run into a channel of their own, until I myself seemed actually to have become the subject of my book: a church, a quartet, the rivalry between Francois I and Charles V.

Novel ini memiliki alur yang sangat runut dan kompleks di mana narator tidak diketahui namanya siapa. Berkisah tentang pengalaman narator itu sendiri ketika beranjak dewasa dia belajar seni, bergaul di masyarakat sampai pengalamannya ketika jatuh cinta.

Pilgrimage karya Dorothy Richardson memulai novelnya dengan sedikit bergaya konvensional menggunakan penarasian orang ketiga:

Miriam left the gaslit hall went slowly upstairs. The March twilight lay upon the landings, but the staircase was almost dark. The top landing was quite dark and silent. There was no one about. It would be quiet in her room. She could sit by the fire and be quiet and think things over until Eve and Harriet came back with parcels. She would have time to think about the journey and decide what she was going to say to the Fraulein.

Miriam Henderson adalah tokoh utama dari novel ini. Tokoh Miriam menggambarkan kehidupan pribadi penulis itu sendiri dari tahun 1891-1915. Miriam seorang gadis berumur 18 tahun dan seorang guru bahasa Inggris di kampungnya. Di sekolah di tempat dia mengajar, ada banyak sekali masalah yang dia hadapi termasuk masalah asmara. Akan tetapi, Miriam harus tetap bertahan di tempat itu dkarenakan dialah satu-satunya tulang punggung keluarga karena ayahnya sudah lama bangkrut.

Sementara karya Joyce A portrait of an Artist as a Young Man dibuka dengan menggunakan narator orang ke tiga.

Once upon a time and a very good time it was there was a moocow coming down along the road and this moocow that was coming down along the road met a nicens little boy named baby tuckoo. His father told him that story: his father looked at him through a glass: he had a hairy face. He was baby tuckoo. The moocow came down the road where Betty Byrne lived: she sold lemon platt.

Novel ini mengungkap kehidupan seorang anak bernama Stephen Dedalus mulai dari umur tiga tahun sampai beranjak dewasa. Dedalus seorang anak memiliki ayah yang miskin sering dianiaya oleh teman sekolahnya. Dalam novel ini ada tiga insiden besar dihadapi oleh Dedalus yang mempengaruhi kepribadiannya.

Insiden pertama, ketika dia didorong ke dalam kolam renang oleh teman kelasnya yang membuat dirinya kena demam berkepanjangan. Dari kejadian ini diapun tak masuk sekolah dalam waktu yang sangat lama dan berakibat dia dikeluarkan dari sekolah.

Kedua, sewaktu Dedalus berumur enam tahun pada saat hari natal tiba, diapun merayakannya dengan pesta makan malam bersama keluarga. Sebagaimana yang Dedalus harapkan, berkumpul bersama keluarga adalah momen yang sangat menyenangkan dan membahagiakan. Apalagi dilakukan di hari raya natal. Akan tetapi, sepanjang acara makan malam itu seorang tamu bernama Mr. Casey dan pengasuh Dedalus Dante Riordan berdebat dan berseteru sengit di meja makan tentang politik dan agama yang membuat Dedalus kecil kebingungan.

Terakhir, ketika dia berumur empat belas tahun dipengaruhi oleh liarnya lingkungan kota Dublin. Diapun pertama kali mengenal dunia prostitusi dan melepas keperjakaannya di usia yang masih sangat belia. Untungnya, dia sadar dengan hidup penuh dosa Dedalus mencoba untuk bertobat dengan mengikuti berbagai kegiatan di gereja dan memulai hidup baru sampai masuk ke perguruan tinggi.

Ulysses sebagai lanjutan dari The Portrait of an Artist as a young man, juga memakai nama karakter utama Stephen Dedalus. Kali ini pun Joyce memulai novelnya dengan narator orang ketiga.

Stately, plump Buck Mulligan came from the stair head, bearing a bowl of lather on which a mirror and a razor lay crossed. A yellow dressing gown, ungirdled, was sustained gently behind him on the mild morning air. He held the bowl aloft and intoned: Introibo ad altare Dei. Halted, he peered down the dark winding stairs and called out coarsely:
Come up, Kinch! Come up, you fearful jesuit!
Solemnly he came forward and mounted the round gun rest. He faced about and blessed gravely thrice the tower, the surrounding land and the awaking mountains. Then, catching sight of Stephen Dedalus, he bent towards him and made rapid crosses in the air, gurgling in his throat and shaking his head. Stephen Dedalus, displeased and sleepy, leaned his arms on the top of the staircase and looked coldly at the shaking gurgling face that blessed him, equine in its length, and at the light untonsured hair, grained and hued like pale oak.

Sederhananya, novel ini menceritakan tentang satu hari: 16 Juni 1904, tatkala seorang laki-laki muda bernama Stephen Dedalus dan seorang laki-laki lain bernama Leopold Bloom melakukan aktivitas sehari-hari mereka di Dublin, dan secara tidak sengaja bertemu. Di sana ada penguburan, kelahiran dan pemabukan. Bayangkan dengan gaya internal monologue dari SoC Joyce merangkai kalimat-kalimatnya menerangkan kejadian di satu hari itu dalam tujuh ratus duapuluh tiga halaman dengan huruf-huruf yang sangat kecil (terbitan The Oxford World Classic 1922), tanda baca yang sangat kecil dan sering kali tak masuk akal.

Demikianlah ciri-ciri karya sastra modern, di mana kalimat-kalimat yang dituangkan berasal dari pengalaman dan perasaan pribadi sang penulis. Latar yang berpindah-pindah juga mewarnai karya sastra di era ini. Biasanya sudut pandang yang digunakan didominasi oleh sudut pandang orang pertama (Aku). Hingga saat ini banyak karya sastra dipengaruhi oleh gaya penulisan Stream of Consciousness termasuk novel, cerpen dan puisi yang lahir dan berkembang pesat di Indonesia.

Referensi: Kuswiyanti, Fuad. 2014. Periodesasi Sastra. Makalah Pendidikan Bahasa, UNJ.

Related Articles

Leave a Comment