Home Berita PLN ( Persero ) UP3 Parepare Ambil Bagian dalam Temu Pendidikan Nusantara XII, Tekankan Peran Pendidikan Hadapi Krisis Iklim

PLN ( Persero ) UP3 Parepare Ambil Bagian dalam Temu Pendidikan Nusantara XII, Tekankan Peran Pendidikan Hadapi Krisis Iklim

by Administrator

KElASTER.COM, SIDRAP — Krisis iklim bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga persoalan kemanusiaan. Untuk itu, pendidikan dipandang sebagai fondasi utama dalam menumbuhkan kesadaran, sikap, dan keterampilan generasi muda agar mampu menghadapi tantangan lingkungan hidup secara berkelanjutan.

Sebagai langkah konkret untuk memperkuat peran pendidikan dalam mitigasi krisis iklim, Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) Sidrap menyelenggarakan Temu Pendidikan Nusantara XII, pada 12–13 Juli 2025 di Hutan Kota Monumen Ganggawa, Kabupaten Sidrap. Acara ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Sidrap dan dihadiri ratusan guru, pemerhati pendidikan, serta tokoh lintas sektor.

Salah satu pemateri utama dalam kegiatan ini adalah Manager PT PLN (Persero) UP3 Parepare, Bapak Agung Pratomo, yang mewakili dunia usaha dalam menyuarakan pentingnya sinergi antara sektor pendidikan dan energi dalam membangun masa depan yang lebih hijau.

 

Manajer PT PLN ( Persero ) UP3 Parepare 

Dalam pemaparannya, Bapak Agung menekankan bahwa transisi energi dan keberlanjutan lingkungan tidak bisa dilepaskan dari literasi masyarakat, khususnya generasi muda, yang dimulai dari ruang-ruang pendidikan. Ia juga menyampaikan bagaimana PLN telah mendorong program-program edukatif tentang efisiensi energi dan gaya hidup hemat listrik sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.

“Perubahan besar tak bisa hanya mengandalkan perubahan individu. Perlu gerakan sistemik yang melibatkan semua pihak—termasuk dunia usaha—untuk menciptakan iklim pendidikan yang mendorong kesadaran lingkungan sejak dini,” ujar Agung Pratomo dalam sesi diskusi.

Rilis resmi acara menegaskan bahwa pendidikan iklim tidak cukup hanya menjadi bagian dari kurikulum atau pelajaran sekolah. Yang dibutuhkan adalah iklim pendidikan yang adil, aman, kontekstual, dan mendorong partisipasi aktif seluruh warga sekolah, dari guru, murid, hingga orang tua.

Dalam forum ini, juga disoroti pentingnya integrasi isu lingkungan ke dalam praktik sehari-hari di sekolah, seperti pengelolaan sampah, konservasi air, penanaman pohon, serta penggunaan energi terbarukan dan efisiensi listrik—yang secara langsung bersinggungan dengan peran PLN di masyarakat.

Temu Pendidikan Nusantara XII merumuskan enam pilar transformasi pendidikan untuk menghadapi krisis iklim:

  1. Iklim pendidikan yang memanusiakan hubungan antara guru, murid, dan orang tua.
  2. Well-being sebagai pondasi pendidikan berkualitas, baik fisik, mental, maupun sosial.
  3. Kepemimpinan inklusif dan berkelanjutan, menjamin kebijakan sekolah mendukung keragaman.
  4. Integrasi pendidikan iklim ke dalam sistem sekolah, agar guru mampu menyampaikan isu lingkungan secara relevan dan kontekstual.
  5. Budaya sekolah dan gaya hidup ramah iklim, menjadikan aksi lingkungan sebagai rutinitas.
  6. Kontribusi lokal hingga global, mendorong aksi nyata siswa dan advokasi untuk masyarakat.

Kehadiran berbagai pihak, termasuk dari sektor dunia usaha seperti PLN, mempertegas bahwa upaya pendidikan untuk menyelamatkan bumi tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi lintas sektor menjadi kebutuhan mutlak.

Krisis iklim adalah tantangan global, namun solusi dapat dimulai dari hal-hal kecil yang dibentuk lewat pendidikan. Dengan menghadirkan pendidikan yang inklusif, relevan, dan kontekstual, harapan akan masa depan yang hijau dan berkelanjutan bukan lagi sekadar mimpi—melainkan visi yang bisa dicapai bersama.

Related Articles