Penulis: Prof. Wim Poli (Guru Besar Ilmu Ekonomi FEB Unhas)
OPINI – Dari mana datangnya lintah? Dari mana datangnya pengetahuan seseorang? Datangnya dari dua sumber. Pertama, dari pengalamannya sendiri, sejak lahirnya. Pengetahuan dari pengalaman sendiri itu dinamakan “knowledge by experience.”
Menurut pemikir ulung, Albert Einstein, semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Selebihnya adalah informasi belaka. Dan informasi belum tentu berubah menjadi pengetahuan dalam pengambilan keputusan.
Sebuah contohnya adalah informasi tentang hembusan arah angin yang diberikan oleh kantor pengamat cuaca. Informasi ini dinamakan “knowledge by description.” Pengetahuan yang berasal dari orang lain, bukan dari pengalaman penerima informasi.
Informasi tentang hembusan arah angin tidak dibutuhkan oleh orang yang sedang menulis di kamarnya yang tertutup, tetapi dibutuhkan oleh orang yang sedang melayangkan layang-layangnya di sebuah lapangan terbuka.
Informasi berubah menjadi pengetahuan seseorang karena relevan dengan minat dan kepentingannya. Informasi yang diberikan oleh guru akan berubah menjadi pengetahuan bagi peserta didiknya jika menyentuh perhatian dan kebutuhannya, yang bermuara pada keputusannya.
Pembedaan dua jenis pengetahuan di atas penting diperhatikan orang yang terlibat dalam proses belajar-mengajar. Informasi yang disampaikan seorang guru, misalnya, adalah “knowledge by description” bagi para peserta didiknya. Bergantung pada cara penyampaiannya, informasi itu akan berhasil atau gagal merangsang minat belajar dari peserta didik, lewat tindakannya yang mandiri.
Menurut John Dewey (1859-1952), seorang pendidik ulung: “Berikanlah kepada peserta didik bukannya sesuatu untuk dipelajari, melainkan sesuatu untuk dikerjakan, sedemikian rupa sehingga ia berpikir; maka terjadilah pembelajaran dengan sendirinya.”
Renungan: Apa pun metodenya, sasaran pendidik ialah terbentuknya pikiran peserta didik yang kreatif, menuju kehidupan yang lebih bermakna, bagi diri dan lingkungannya. (*)
WP: (19/08/2020)
