KELASTER.COM,BONE – . Hingga akhir bulan Februari 2021, jumlah tikus yang berhasil ditangkap mencapai 12.471 ekor. Jumlah hama tikus tersebut, dapat menurunkan jumlah produksi gula. Perlu diketahui, hewan pengerat ini mampu menyerang batang tebu bahkan bagian pucuk tebu.
Manajer Pabrik Gula (PG) Bone, H Aminuddin, mengatakan ternyata tikus bukanlah hama utama di PG Bone. Populasi tikus yang meledak terjadi akibat tidak adanya sumber makanan bagi hewan pegerat tersebut.
“Hal ini menjadikan tebu sebagai sumber makanan utamanya. Kami telah melaksanakan antisipasi berupa pengamatan terhadap aktivitas tikus ini. Saat padi telah berisi/bunting, sudah mulai terlihat lubang-lubang tikus yang aktif di pematang sawah yang bersebelahan dengan kebun tebu,” kata H Aminuddin.
PG Bone menggunakan teknik emposan yang terbilang efektif. Terbukti ribuan tikus dapat dikendalikan tanpa merusak llingkungan Ini bermaksud untuk mencegah agar tikus tidak menyerang tanaman tebu bahkan padi masyarakat sekitar wilayah kerja PG Bone. Perlu diketahui, siklus perkembangbiakan tikus harus segera dihentikan karena satu ekor mampu melahirkan 4-8 ekor anak tikus.
Kegiatan emposan sudah berjalan selama 2 tahun terakhir. PG Bone membuat tim khusus yang dibagi berdasarkan wilayah yakni rayon UST, SST, Tenggara, dan Barat. Empat tim tersebut terdiri dari 5 orang yang memiliki tugas masing-masing baik menggali lubang, empos, maupun menjaga lubang.
“Masing-masing regu bergerak setiap hari untuk melaksanakan kegiatan pengendalian. Emposan ini kami buat menggunakan campuran sabut kelapa dan belerang. Kegiatan emposan sebaiknya dilaksanakan sebelum tikus masuk ke kebun tebu, sehingga diberantas di daerah pematang sawah terlebih dahulu,” ujar H Aminuddin.
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil tangkapan tikus mengggunakan metode lama dengan emposan. Sebelum menggunakan emposan, PG Bone melakukan pengendalian hama tikus menggunakan klerat, zinc phosphit, dan petrokum. Klerat dan petrokum biasa digunakan saat musim hujan karena memiliki kesamaan yakni bersifat koagulan yang menyebabkan pembekuan darah. Tikus yang memakan umpan akan mencari air, sehingga tebu yang berada disekitar sumber air atau cekungan akan dipasangi umpan terlebih dahulu.
Saat musim kemarau, tikus ditangkap menggunakan zinc phosphit yang dicampur dengan gabah, mie instan, jagung, maupun beras sebagai kombinasi umpan agar tikus tidak jenuh. Pengendalian menggunakan emposan dinilai lebih efektif karena dalam sehari mampu menangkap hingga 200 ekor tikus, sedangkan pemberantasan menggunakan umpan tidak dapat diketahui berapa jumlah tikus yang mati dalam sehari karena bangkai tikus tidak dapat diketahui keberadaannya.
“Target yang ingin dicapai melalui pengendalian hama tikus ini adalah memutus siklus hidup tikus agar populasinya tidak meledak dan pada akhirnya merusak kebun tebu. Teknik emposan yang dinilai efektif dan mampu diikuti oleh PG lain agar serangan tikus dapat diminimalisir untuk mencapai target produksi gula tahun 2021,” tutupnya.( rls/ilo)
1 comment
what do you want to buy