Home Berita LAILATUL QADR DAN MUDIK NASIONAL

LAILATUL QADR DAN MUDIK NASIONAL

by Saleh

OPINI oleh Zaenal Abidin (Dosen UIN Alauddin) KELASTER.COM,Makassar –  Salah satu yang istimewa dalam buan suci Ramadan ialah pada sepuluh hari terakhir. Hal itu karena dihubungkan dengan malam kemuliaan atau “lailatul qadr” yang disebut juga dengan malam 1000 bulan karena beribadah pada malam tersebut setara dengan beribadah 1000 bulan. Menghidupkan malam-malam Ramadan apalagi di sepuluh hari terakhir merupakan sunnah Nabi Muhammad saw, berdasarkan hadis sahih dari Aisyah ra, Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari akhir bulan Ramadan melebihi kesungguhan pada waktu selainnya. (HR. Muslim). Hadis sahih lainnya bahwa Rasulullah saw. biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau mengencangkan kain bawahannya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. (HR. Bukhari-Muslim).

Idealnya, umat Islam mengikuti sunah Nabi saw tersebut, namun faktanya, mayoritas muslim Indonesia disibukkan banyak hal yang justru melalaikan sunnah yang mulia itu. Umumnya kesibukan mempersiapkan atau menyambut hari lebaran, mulai belanja bahan dapur, shoping, hingga urusan mudik dan atau pulang kampung.
Aktivitas-aktivitas tersebut, khususnya mudik lebaran yang puncaknya justru di akhir Ramadan nampaknya telah menjadi teradisi nasional yang sulit dibendung. Karena itu, pemerintah tidak bisa dan tidak harus harus menghilangkan budaya tersebut tapi dapat menggesernya. Regulasi liburan panjang pada momen Idul Fitri dipindahkan ke lebaran Idul Adha. Hakikatnya, liburan panjang dibutuhkan pada momentum Idul Adha, minimal 3 hari pasca lebaran (hari tasyrik) demi memberi kesempatan kepada segenap umat Islam untuk mengurus hewan kurban dan memaksimalkan saat-saat berbagi daging kurban kepada sesama. Selama ini, kebijakan mudik nasional mengalami semacam “disorientasi agama”. 10 hari terakhir Ramadan yang seharusnya dimanfaatkan untuk memaksimalkan i’tikaf demi mencari lailatul qadr justru diisi dengan berbagai kesibukan menyambut lebaran, sementara hari-hari tasyrik yang sedianya dimanfaatkan untuk mengurus kurban, justru diharuskan masuk kerja.
Mengenai kebijakan libur nasional yang disertai mudik massal dapat melirik tradisi yang berlangsung di Mesir. Di negeri 1000 piramida itu, libur nasional pada momen Idul Adha, bukan pada Idul Fitri.

Related Articles

Leave a Comment