Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menyelenggarakan webinar Internasional seri pertama yang mengusung tema “Perspektif Program Dalam Rangka Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)”.
Kegiatan dengan dua topik utama Gizi Remaja dan Kesetaraan Gender berlangsung pukul 08.30 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting dan live streaming di kanal youtube Departemen Gizi Unhas, Sabtu (19/09).
Hadir sebagai keynote speaker Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, BKKBN (dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K)) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Tumbuh Kembang Anak (Lenny N. Rosalin, SE., M.Sc, M.Fin).
Adapun narasumber lainnya yakni :
1. Assoc. Prof. Faruk Ahmad, Ph.D (Griffith University)
2. Rahayu Indriasari, SKM., MPHCN., Ph.D (Departemen Ilmu Gizi FKM Unhas)
3. Dr. Healthy Hidayanty, SKM., M.Kes., (Departemen Ilmu Gizi FKM Unhas)
4. Assoc. Prof Becky Batagol (Monash University)
5. Sudirman Nasir, S.Ked.,MWH., Ph.D., (Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas)
6. Dr. Nurhaedar Jafar, Apt., M.Kes., (Departemen Ilmu Gizi FKM Unhas)
Mengawali kegiatan, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Infrastruktur, Ansariadi SKM, M.Sc.PH. Ph.D menyampaikan kegiatan tersebut merupakan bagian dari perayaan Dies Natalis ke-38 FKM Unhas yang dirangkaikan dengan perayaan Dies Natalis Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas yang ke-15.
Kegiatan resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unhas, Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D. Dalam sambutan pembukanya, beliau mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh Departemen Ilmu Gizi Unhas. Menurut beliau, masalah gizi pada remaja memang harus dikaji tuntas, khususnya remaja putri karena dapat berkontribusi pada kegawatdaruratan masalah kesehatan gizi di masa mendatang.
Dalam sesi pertama dengan topik Gizi Remaja, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) Kepala BKKBN menyampaikan untuk mencapai SDM unggul Indonesia permasalahan stunting harus dapat diatasi.
“Stunting bukanlah single problem, tetapi masih banyak yang menjadi permasalahan gizi di balik itu salah satunya kehamilan yang terjadi di usia muda,” jelas Hasto.
Lebih lanjut, Hasto menambahkan Hamil pada usia muda menyebabkan tulang berhenti tumbuh. Kehamilan pada umur 15 atau 16 tahun menyebabkan kalsium yang seharunya digunakan untuk pertambahan panjang tulang, justru disalurkan ke janin sehingga si ibu menjadi pendek (pertumbuhan terhenti) dan anak juga menjadi pendek.
“Olehnya itu periode 1000 HPK sangat penting dan menjadi proriotas utama yang dimulai 270 hari masa kehamilan hingga 730 hari setelah lahir,” ungkap Hasto.
Lenny N. Rosalin, S.E., M.Sc., M.Fin Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai Keynote Speaker dalam sesi dua terkait topik “Kesetaraan Gender” menyampaikan materi tentang “Perlindungan Anak Melalui Pemenuhan Hak Anak Pada 1000 HPK Menuju Indonesia Layak Anak (Idola) 2030”.
Pada kesempatan tersebut, Lenny menyampaikan isu yang umumnya beredear mengenai kesehatan anak yakni terjadinya kondisi gagal tumbuh kembang.
Dikatakan pula bahwa peran ASI sangat penting terhadap tumbuh dan kembang anak, sebab balita yang tidak diberikan ASI Ekslusif sejak lahir akan memilki risiko stunting sebesar 4,8 kali dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI Eksklusif sejak lahir.
Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan secara terperinci periode emas dan tumbuh kembang anak dan membaginya ke dalam 4 tahap, yaitu prakonsepsi, janin (dalam rahim), neonatus, dan bayi.
“Peran keluarga juga harus dioptimalkan sebagai pelopor dalam pencegahan stunting melalui pemberian makanan dengan benar, memberi ASI + MPASI secara tepat, meningkatkan imunitas melalui asupan gizi yang baik, serta penerapan pola hidup sehat. Jika anak sakit, maka pihak keluarga harus segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan,” jelas Lenny.
Salah satu nara sumber luar negeri, Assoc. Prof. Becky Batagol dari Monash University membahas terkait single parent yang didominasi oleh ibu/perempuan.
Menurutnya, ketimpangan gender yang terjadi akan merugikan laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda. Perlu bagi pria untuk belajar mengasuh anak dan terlibat langsung dalam proses di dalamnya.
Pada hakikatnya, pengasuhan anak bukan semata-mata tugas perempuan saja, melainkan tugas seorang laki-laki. Dengan mempelajari cara mengasuh anak yang baik, sang ayah tentunya dapat menjalin relasi yang baik dengan anak sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal.
Usai pemaparan dari seluruh narasumber yang hadir, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta yang mengikuti kegiatan. Kegiatan berlangsung lancar hingga berakhirnya acara pukul 12.30 Wita.(*/ilo)