Penulis: Evairawati, S.Si.,M.Pd (Tenaga Pendidik SMA Negeri 5 Parepare)
OPINI – Indonesia menjadi salah satu Negara yang terkena imbas pandemic Covid-19 menyebabkan pemerintah Indonesia turut mengeluarkan beberapa himbauan publik, mulai dari Social Distancing, Work From Home hingga Pembelajaran daring.
Pada era revolusi industri 4.0 masyarakat/orang tua maupun peserta didik diharuskan menggunakan dan menguasai teknologi, sama halnya proses belajar yang memaksa peserta didik untuk memanfaatkan teknologi yang ada seperti gadget dan fitur pendidikan lainnya.
Pelaksanaan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring dari rumah masing-masing peserta didik, akibat pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 lalu, terdapat banyak kendala.
Mulai dari sinyal, kuota internet dari beberapa kalangan sulit terjangkau, tidak memiliki gadget, literasi teknologi guru dan orang tua yang bervariasi karena tidak semua guru familiar dengan teknologi.
Akibatnya, tingkat partisipasi pembelajaran memperihatinkan. Meskipun begitu, proses pembelajaran harus terus berlanjut, setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam menyikapi aturan.
Dampak pembelajaran daring diantaranya ketuntasan belajar tidak secara klasikal, kemampuan siswa menurun, ketimpangan pengetahuan semakin tinggi antara peserta didik yang memiliki fasilitas memadai maupun yang tidak memadai. Terutama perkembangan emosi dan kesehatan psikologi peserta didik juga terganggu.
Pendidik/guru harus melakukan inisiatif dan inovatif terbarukan untuk memaksimalkan fungsi komunikasi, transfer komunikasi, dan transfer ilmu.
Dunia boleh mewabah dan terhimpit oleh pertumbuhan yang melambat, tapi dunia pendidikan harus berlari demi melanjutkan peradaban.
Peran guru sebagai motivator, akselerator, komunikator dan mediator perlu ditingkatkan di masa pandemik, karena setiap anak memiliki latar belakang berbeda, kondisi kejiwaan yang berbeda dan yang bisa segera dilaksanakan sekarang mengubah pola pikir menjadi agen perubahan.
Semoga pandemi covic-19 segera berlalu, karena pendidikan secara daring hanya sebagai solusi alternatif bukan solusi efektif.
Secanggih apapun metode pembelajaran daring tidak akan menyamai atau menggantikan rasa ketika guru mengajar secara langsung dengan tatap muka kepada peserta didiknya.
Teknologi memang diciptakan untuk melengkapi dan membantu dalam melakukan pekerjaan dan tanggung jawab, namun keberadaan secara fisik seorang guru tetap di butuhkan dalam proses belajar mengajar dan pembentukan karakter, mengutip perkataan Mas Menteri “Teknologi adalah tools, hanya suatu alat. Bukan segalanya. Kualitas pembelajaran dalam kelas, interaksi antara guru dan murid itu esensinya,”. (*)