KELASTER.COM,MAKASSAR – Dep. Arkeologi FIB UH bekerja sama dengan BPCB Sulselbar, Balar Sulselbar, dan Dirjen Kebudayaan, melakukan ekskavasi penyelamatan Benteng Somba Opu selama 21 hari. Kegiatan ini melibatkan personil sebanyak 120 orang, mahasiswa arkeologi 43 orang, dosen 12 orang, pegawai BPCB dan Balar 65 orang.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka implementasi program merdeka belajar-kampus merdeka. Hasil dari kegiatan ekskavasi, menemukan dinding Benteng Somba Opu yang selama ini belum diketehui keberadaannya. Situs Benteng Somba Opu merupakan bekas pusat Kerajaan Gowa abad 16-17. Sekarang situs tersebut dijadikan sebagai taman budaya dan laboratorium untuk praktek mahasiswa arkeologi.
Salah satu tujuan ekskavasi ini mencari jejak-jejak peninggalan benteng somba opu, fokusnya mencari bentuk utuh benteng ini. Khususnya dinding utara benteng somba opu, untuk mengetahui sejauh mana batas dinding utara tersebut yang pda zaman dahulu berbatasan lansung dengan lautan. Di sini banyak batu yang berserakan, untuk itu kami menggali di bagian ini. Selain itu kami juga mencari jejak istana yang berada di dalam kawasan benteng somba opu. Ujar Rustan sebagai Koord Ekskavasi Revitalisasi Benteng Somba Opu.
Dari 4 tim yang melakukan ekskavasi ada pula yang fokus dengan rencana membuat zona edukasi. Namun karena kurangnya bukti data sejarah visual, yang ada hanya informasi dari pembacaan naskah. Tim juga ini menemukan alur sistem drainase dalam benteng tanpa menganggu cagar budaya karena setelah melakukan revitasilasi berapa tahun lalu. Apalagi kalau musim hujan ada area yang digenangi air takutnya akan merusak cagar budaya ini nantinya.
Kami berharap kegiatan ekskavasi ini bisa berlanjut hingga tujuan ekskavasi ini dapat terwujud, menemukan bentuk utuh benteng somba opu, menemukan jejak-jejak istana daam benteng, memperbanyak bukti-bukti sejarah visual untuk pembuatan zona edukasi dan mememukan sistem drainase awal benteng somba opu agar genangan air saat musim hujan bisa hilang dan dinding tidak menjadi rapuh oleh genangan tersebut, dan yang terpenting mahasiswa kami lansung praktek ekskavasi dan belajar kepada para arkeolog Sulawesi Selatan dari berbagai instansi, tutup Rosmawati Ketua Departemen Arkeologi FIB Unhas. (*)